top of page

Liputan Retret SEP 2018 Gelombang 1


Retret SEP 2018 Gelombang 1

10-12 Agustus 2018

Pertapaan Karmel Ngadireso-Tumpang Malang

Pembicara : Bp. Vincentius Tjahjono Santoso dan Bp. Ignatius Agus Handoyo Wibowo dari Keuskupan Agung Semarang

Retret tahunan Gelombang Pertama Sentra Evangelisasi Pribadi (SEP) St. Yohanes Penginjil BPK PKK Surabaya tahun 2018 diadakan pada tanggal 10-12 Agustus 2018 di Pertapaan Karmel Ngadireso Tumpang Malang. Retret diikuti oleh siswa mulai kelas Misi Evangelisasi, Pemuridan, Oikos, Ajaran Gereja, dari 12 Paroki di Keuskupan Surabaya plus Jember, dan siswa SEP dari Graha SEP Surabaya dengan total peserta sekitar 650 orang.

Suhu dingin khas Tumpang tidak menyurutkan semangat para peserta tua, muda, untuk setiap hari selama 3 hari bangun pagi-pagi dan mengguyur badannya dengan air pegunungan yang dingin, karena setiap pagi pukul 06.00 acara sudah dimulai dengan misa atau Doa Yesus yang dipimpin oleh para Suster Karmelit.

Pelayanan panitia secara umum semua seksi selama retret, berjalan dengan baik, lancar dan sigap.

Penerimaan Peserta, berjalan sesuai alur yang sudah disusun dengan rapi sehingga meskipun peserta cukup banyak tidak ada hambatan dalam proses pendaftaran kembali dan penyerahan kunci kamar.

Kesehatan, Poliklinik yang ditangani oleh beberapa dokter, juga sigap dalam melayani peserta yang mengalami gangguan kesehatan.

Sarana pendukung seperti peralatan tes darah, tensimeter, thermometer dsb. membantu dokter menentukan diagnosa untuk selanjutnya diberikan obat yang symptomatic yang diberikan untuk selama jangka waktu retret saja. Selanjutnya mereka disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter lagi untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

Konsumsi, berjalan lancar. Disediakan delapan meja panjang untuk meletakkan menu, sehingga memudahkan para peserta antri untuk bergantian mengambil makanannya. Setiap meja dilayani oleh satu petugas yang membantu peserta mengambil konsumsi, atau menginformasikan ke bagian dapur apabila ada yang harus ditambah.

Acara, luar biasa meriah dengan kehadiran kedua pembicara yang sangat menyemangati dalam membawakan materi dengan banyak humor, sharing, tetapi tetap serius mengacu pada materi sesuai tema. Didukung dengan Sound System yang sangat bagus, juga penampilan para Worship Leader, Singer, Keyboard Player dalam membawakan lagu-lagu Liturgis ketika Misa, maupun lagu-lagu rohani yang penuh semangat mengobarkan semangat para peserta, bahkan beberapa lagu dinyanyikan sambil menari. Para pengajar pun melebur bersama mereka turut membawakan lagu dan menari.

Team IT pun turut andil dalam melancarkan seluruh acara dengan tampilan slide, teks lagu, dan materi yang dibawakan oleh pembicara, sehingga semua terbantu kelancarannya.

Demikian pula para Suster dari Ordo Karmelit sangat mendukung acara selama tiga hari ini. Mulai kesiapan kamar, kebersihan, menyediakan konsumsi, aula dan peralatannya selama sesi dan untuk misa.

Puji syukur kepada Tuhan semua karena anugerah-Nya.

Tema yang diangkat pada retret kali ini adalah: “TINGGAL DI DALAM AKU“.

Kedua pembicara secara bergantian menyampaikan materi dengan penuh semangat, suara lantang tidak memberi kesempatan kepada para peserta untuk lepas konsentrasi.

Sesi pertama dibuka pada hari Jumat sore setelah selesai Misa Pembukaan, disampaikan oleh Bapak Vincent diawali dengan mengingatkan kembali kepada semua yang hadir bahwa kita semua adalah Evangelizer yang menyampaikan kabar sukacita kepada orang lain. Sebagai seorang Evangelizer harus terlebih dahulu mengalami dan menghidupi sukacita. Sukacita yang sejati yang mampu bertahan dalam keadaan apapun. Sukacita harus dialami, mengalir dari sanubari, tidak dapat dipelajari apalagi dibeli. Sukacita juga adalah buah sebuah relasi yang akrab dengan Yesus. Sedangkan relasi yang akrab dengan Yesus juga akan menghasilkan buah (Gal. 5:22-23). Yang akan memampukan kita untuk melihat, berpikir, bertindak seperti Yesus.

TINGGAL DI DALAM YESUS berarti memiliki relasi yang erat dengan Yesus, melibatkan Yesus dalam setiap peristiwa hidup, ikut dalam karya Yesus dan sebaliknya. Dan relasi intim ini secara fisik kita alami di dalam Ekaristi.

Sesi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Agus, mengingatkan bahwa tinggal di dalam Yesus berarti harus siap dipangkas dari kesombongan, ego, cinta diri, iri hati, meminta hak istimewa atau diistimewakan dan lalu memiliki kasih, empati, percaya penuh pada penyelenggaraan Ilahi, supaya berbuah banyak (Yoh. 15:6-7).

Seorang murid harus siap dibersihkan. Mulai mengalami pengajaran yang keras, seperti para Rasul menjelang peristiwa penyaliban. Mereka dibawa Yesus memasuki Yesrusalem di mana Yesus dielu-elukan, setelah itu menderita, disalib dan wafat.

Murid harus siap dibentuk menjadi serupa dengan Yesus. Proses ini membutuhkan relasi yang intim dengan Yesus di dalam keheningan hati, berbicara dari hati ke hati, maka Roh Kudus akan membentuk kita menjadi serupa dengan Yesus.

Sesi berikutnya dijelaskan bahwa seorang murid harus mampu mengasihi seperti Yesus mengasihi (Luk. 23:1-48), Yesus menunjukkan bukti kasih-Nya yang tak berbatas bagi sahabat-sahabatnya. Salib menjadi bukti dan lambang kasih sejati. Ketangguhan Yesus menjalani penderitaan-Nya berbuah pertobatan seorang penjahat yang disalib bersama Yesus dan Kepala Pasukan Tentara Romawi.

Yesus pun meminta murid untuk menyangkal diri, memikul salib (sebab salib adalah perwujudan kasih) dan mengikut Yesus. Ujung dari salib adalah kebangkitan, maka tanpa salib tidak akan mengalami kebangkitan (Luk. 9:23).

Salib adalah penyerahan diri total: kasih, pengampunan, pengorbanan, pemberian diri untuk Allah dan manusia, maka tidak semua penderitaan adalah salib.

Untuk sanggup memikul salib, kita sangat membutuhkan peran Roh Kudus sebab Allahlah yang harus kita andalkan, bukan diri sendiri dan perlu kerendahan hati. Mat. 11:28-30 mengajarkan kepada kita bagaimana kita sanggup memikul salib seperti Yesus.

Kekuatan Yesus memikul salib sebagai seorang manusia adalah Roh Kudus, Roh Ilahi, Roh yang sama yang mewartakan Kabar Gembira kepada Maria. Maka Maria menjadi wanita yang dipenuhi Roh Kudus sejak saat itu. Ketangguhan Maria dalam mengiring sengsara Yesus sampai dengan wafat dan memangku jenazah Yesus juga karena kepenuhan Roh Kudus.

Saatnya sesi Pencurahan Roh Kudus. setelah para peserta menerima Sakramen Tobat pada siang harinya. Peserta dibagi dalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang. Tiap kelompok bergantian saling mendoakan tercurahnya kuasa Roh Kudus. Suasana begitu khidmat, banyak peserta yang mengalami lawatan Roh Kudus, beberapa mendapat karunia berbahasa Roh, merasakan kedamaian, mengalami sangat dikasihi Allah, dikobarkan semangatnya untuk melayani.

Hari Minggu adalah hari terakhir retret, sebelum Misa Penutupan, semua berkemas merapikan kamar dan mengembalikan kunci kamar. Akhir dari retret bukan berarti akhir dari sesi, karena materi yang telah diberikan harus terus dilakukan dan diperjuangkan.

Selamat untuk para peserta yang telah dipenuhi oleh Roh Kudus, selamat jalan kembali ke ladang perutusan masing-masing. “… Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat. 28:18-20) (ANS)

105 views0 comments
bottom of page